Warga aksara
Osthya | Dantya | Murdhanya | Talawya | Kanthya |
---|---|---|---|---|
- Kanthya. Warga kanthya adalah kelompok fonem yang berasal dari langit-langit dekat kerongkongan. Beberapa di antaranya termasuk konsonan celah suara. Yang termasuk warga kanthya adalah konsonan langit-langit belakang/guttural dan celah suara (glotal). Huruf konsonan yang termasuk warga kanthya terdiri dari: Ka (k), Ga (g), Ga gora (gh), Nga (ng). Sedangkan huruf vokal yang termasuk warga kanthya adalah A.
- Talawya. Warga talawya adalah kelompok fonem yang berasal dari langit-langit mulut. Yang termasuk warga talawya adalah konsonan langit-langit/palatal. Huruf konsonan yang termasuk warga talawya terdiri dari: Ca murca (c), Ca laca (ch), Ja (j), Ja jera (jh), Nya (ny), Sa saga (sy). Sedangkan huruf vokal yang termasuk warga talawya adalah I.
- Murdhanya. Warga murdhanya adalah kelompok fonem yang berasal dari tarikan lidah ke belakang menyentuh langit-langit. Beberapa di antaranya termasuk konsonan rongga-gigi. Yang termasuk warga murdhanya adalah konsonan tarik-belakang/retrofleks dan rongga-gigi/alveolar. Huruf konsonan yang termasuk warga murdhanya terdiri dari: Ta latik (ṭ), Da madu (ḍ), Na rambat (ṇ), Sa sapa (ṣ), Ra (r). Sedangkan huruf vokal yang termasuk warga murdhanya adalah Ra repa (Ṛ).
- Dantya. Warga dantya adalah kelompok fonem yang berasal dari sentuhan lidah dengan gigi. Beberapa di antaranya termasuk konsonan rongga-gigi. Yang termasuk warga dantya adalah konsonan gigi/dental dan rongga-gigi/alveolar. Huruf konsonan yang termasuk warga dantya terdiri dari: Ta (t), Ta tawa (th), Da lindung (d), Da madu (dh), Na kojong (n), Sa danti (s),[2] La (l). Sedangkan huruf vokal yang termasuk warga dantya adalah La lenga (Ḷ).
- Osthya. Warga osthya adalah kelompok fonem yang berasal dari pertemuan bibir atas dan bawah. Yang termasuk warga oshtya adalah konsonan dwibibir/labial. Huruf konsonan yang termasuk warga talawya terdiri dari: Pa (p), Pa kapal (ph), Ba (b), Ba kembang (bh), Ma (m), Wa (w). Sedangkan huruf vokal yang termasuk warga talawya adalah U.
[sunting] Aksara suara (vokal)
Aksara suara disebut pula huruf vokal/huruf hidup dalam aksara Bali. Fungsi aksara suara sama seperti fungsi huruf vokal dalam huruf Latin. Jika suatu aksara wianjana (konsonan) diberi salah satu pangangge (tanda diakritik) aksara suara, maka cara baca aksara wianjana tersebut juga berubah, sesuai dengan fungsi pangangge yang melekati aksara wianjana tersebut. Berikut ini adalah aksara suara dalam aksara Bali:Warga aksara | Aksara suara hresua (huruf vokal pendek) | Nama | Aksara suara dirgha (huruf vokal panjang) | ||||
Aksara Bali | Huruf Latin | Alfabet Fonetis Internasional | Aksara Bali | Huruf Latin | Alfabet Fonetis Internasional | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Kantya (tenggorokan) | | A | [a] | A kara | | Ā | [ɑː] |
Talawya (langit-langit lembut) | | I | [i] | I kara | | Ī | [iː] |
Murdhanya (langit-langit keras) | | Ṛ | [ɹ̩] | Ra repa | | Ṝ | [ɹ̩ː] |
Dantya (gigi) | | Ḷ | [l̩] | La lenga | | Ḹ | [l̩ː] |
Osthya (bibir) | | U | [u] | U kara | | Ū | [uː] |
Kanthya-talawya (tenggorokan & langit-langit lembut) | | E | [e]; [ɛ] | E kara (E) Airsanya (Ai) | | E; Ai | [e]; [aːi] |
Kanthya-osthya (tenggorokan & bibir) | | O | [o]; [ɔ] | O kara | | O; Au | [o]; [aːu] |
[sunting] Aksara wianjana (konsonan)
Aksara wianjana disebut pula konsonan atau huruf mati dalam aksara Bali. Meskipun penulisannya tanpa huruf vokal, setiap aksara dibaca seolah-olah dibubuhi huruf vokal /a/ atau /ə/[3] karena merupakan suatu abugida. Selama aksara wianjana tidak dibubuhi pangangge aksara suara (tanda huruf vokal: i, u, é, o, ě, ai, au), maka aksara tersebut dianggap dibubuhi vokal /a/ atau /ə/.[3] Jika menulis dengan huruf latin, kata "na" merupakan gabungan dari huruf konsonan /n/ dan vokal /a/. Dalam aksara Bali, kata "na" disimbolkan dengan satu huruf saja, bukan gabungan dari huruf konsonan "n" dan huruf vokal "a".Dalam bahasa Bali, huruf Ha tidak dibaca saat digunakan pada permulaan kata. Biasanya, meskipun dalam penulisan kata menggunakan huruf Ha, bunyi konsonan /h/, yang diucapkan hanya vokalnya saja. Contohnya, dalam penulisan kata "hujan", dipakai huruf Ha di depan kata. Namun pada saat membaca kata "hujan", orang Bali lebih memilih tidak mengucapkan /hu/, melainkan hanya mengucapkan /u/. Jadi yang diucapkan adalah /ud͡ʒan/.[4]
Aksara ardhasuara adalah semivokal. Kata ardhasuara (dari bahasa Sanskerta) secara harfiah berarti "setengah suara" atau semivokal. Dengan kata lain, aksara ardhasuara tidak sepenuhnya huruf konsonan, tidak pula huruf vokal. Yang termasuk kelompok aksara ardhasuara adalah Ya, Ra, La, Wa. Gantungan-nya termasuk pangangge aksara (kecuali gantungan La), yaitu nania (gantungan Ya); suku kembung (gantungan Wa); dan guwung atau cakra (gantungan Ra). Kata-kata yang diucapkan cepat, seolah-olah vokalnya dipangkas, menggunakan gantungan aksara ardhasuara. Contoh kata: "pria" (bukan "peria"); "satwa" (bukan "satuwa"); "satya" (bukan "satiya"); "proklamasi" (bukan "perokelamasi").
Warga aksara | Pancawalimukha | Ardhasuara (semivokal) | Usma(desis) | Wisarga (desah) | ||||
Tajam (bersuara) | Lembut (nirsuara) | Nasal/ sengau | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Alpaprana | Mahaprana | Alpaprana | Mahaprana | |||||
Kanthya (tenggorokan) | Ka | Ka mahaprana | Ga | Ga gora | Nga | Ha | ||
Talawya (langit-langit lembut) | Ca murca | Ca laca | Ja | Ja jera | Nya | Ya | Sa saga | |
Murdhanya (langit-langit keras) | Ta latik | Ta latik[5] | Da madu m.[6] | Da madu m.[7] | Na rambat | Ra | Sa sapa | |
Dantya (gigi) | Ta | Ta tawa | Da lindung | Da madu | Na kojong | La | Sa danti | |
Osthya (bibir) | Ba | Ba kembang | Pa | Pa kapal | Ma | Wa |
[sunting] Pangangge
Pangangge (lafal: /pəŋaŋge/) atau dalam bahasa Jawa disebut sandhangan, adalah lambang yang tidak dapat berdiri sendiri, ditulis dengan melekati suatu aksara wianjana maupun aksara suara dan mempengaruhi cara membaca dan menulis aksara Bali. Ada berbagai jenis pangangge, antara lain pangangge suara, pangangge tengenan (lafal: /t̪əŋənan/), dan pangangge aksara.[sunting] Pangangge suara
Bila suatu aksara wianjana (konsonan) dibubuhi pangangge aksara suara (vokal), maka cara baca aksara tersebut akan berubah. Contoh: huruf Na dibubuhi ulu dibaca Ni; Ka dibubuhi suku dibaca Ku; Ca dibubuhi taling dibaca Cé. Untuk huruf Ha ada pengecualian. Kadangkala bunyi /h/ diucapkan, kadangkala tidak. Hal itu tergantung pada kata dan kalimat yang ditulis.Warga aksara | Aksara Bali | Huruf Latin | Alfabet Fonetis Internasional | Letak penulisan | Nama | |
---|---|---|---|---|---|---|
Kanthya (tenggorokan) | Suara hresua (vokal pendek) | | e; ě | [ə] | di atas huruf | pepet |
Suara dirgha (vokal panjang) | | ā | [aː] | di belakang huruf | tedung | |
Talawya (langit-langit lembut) | Suara hresua (vokal pendek) | | i | [i] | di atas huruf | ulu |
Suara dirgha (vokal panjang) | | ī | [iː] | di atas huruf | ulu sari | |
Murdhanya (langit-langit keras) | Suara hresua (vokal pendek) | | re; ṛ | [rə] | di bawah huruf | guwung macelek |
Suara dirgha (vokal panjang) | | ṝ | [rəː] | kombinasi di belakang dan bawah huruf | guwung macelek matedung | |
Dantya (gigi) | Suara hresua (vokal pendek) | | le; ḷ | [lə] | kombinasi di atas dan bawah huruf | gantungan La mapepet |
Suara dirgha (vokal panjang) | | ḹ | [ləː] | kombinasi di atas, bawah, dan belakang huruf | gantungan La mapepet lan matedung | |
Osthya (bibir) | Suara hresua (vokal pendek) | | u | [u] | di bawah huruf | suku |
Suara dirgha (vokal panjang) | | ū | [uː] | di bawah huruf | suku ilut | |
Kanthya-talawya (tenggorokan & langit-langit lembut) | Suara hresua (vokal pendek) | | e; é | [e]; [ɛ] | di depan huruf | taling |
Suara dirgha (vokal panjang) | | e; ai | [e]; [aːi] | di depan huruf | taling detya | |
Kanthya-osthya (tenggorokan & bibir) | Suara hresua (vokal pendek) | | o | [o]; [ɔ] | mengapit huruf | taling tedung |
Suara dirgha (vokal panjang) | | o; au | [o]; [aːu] | mengapit huruf | taling detya matedung |
[sunting] Pangangge tengenan
Pangangge tengenan (kecuali adeg-adeg) merupakan aksara wianjana yang bunyi vokal /a/-nya tidak ada. Pangangge tengenan terdiri dari: bisah, cecek, surang, dan adeg-adeg. Jika dibandingkan dengan aksara Dewanagari, tanda bisah berfungsi sama seperti tanda wisarga; tanda cecek berfungsi seperti tanda anusuara; tanda adeg-adeg berfungsi seperti tanda wirama.Simbol | Alfabet Fonetis Internasional | Letak penulisan | Nama |
---|---|---|---|
| [h] | di belakang huruf | bisah |
| [r] | di atas huruf | surang |
| [ŋ] | di atas huruf | cecek |
| - | di belakang huruf | adeg-adeg |
[sunting] Pangangge aksara
Pangangge aksara letaknya di bawah aksara wianjana. Pangangge aksara (kecuali La) merupakan gantungan aksara ardhasuara. Pangangge aksara terdiri dari:Simbol | Alfabet Fonetis Internasional | Nama |
---|---|---|
| [r] | guwung/cakra |
| [w] | suku kembung |
0 comments:
Post a Comment