Zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Warna batik tradisional di beberapa daerah dan jogja khususnya adalah biru tua, hitam, soga coklat dan putih. Untuk membuat kain batik berkualitas bagus tentu saja dibutuhkan pewarna alami. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.Bahan membuat pewarna alami antara lain: daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifolia), kulit soga jambal(Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Sutera memiliki ikatan paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
1. Warna Biru/Hitam
Warna biru tua dan hitam umunya diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom dengan proses fermentasi.
2. Warna Soga/Coklat
Warna ini diambil dari campuran kulit pohon tinggi arah warna merah, kulit pohon jambal arah warna merah coklat dan kayu tegeran arah warna kuning.
Untuk membuat soga terantung campuran ketiga bahan tersebut. Contohnya bisa diambil campuran kulit kayu tinggi 5kg, kulit kayu jambal 10kg dan kulit tegeran 3kg.
Bahan-bahan itu dipotong kecil-kecil, dicuci dan direbus kemudian disaring diambl ekstraknya. Ekstrak atau air soga ini setelah dingin siap dipakai untuk menyoga kain.
Langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala rumah tangga adalah sbb:
1. Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun dan sutera perlu dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut:
Proses mordanting
Bahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Proses mordanting dilakukan sebagai berikut:
a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuai keinginan sebanyak tiga lembar.
b. Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabun sunlight batangan) atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang digunakan ditambahkan 2 gram sabun netral atau TRO. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa juga direndam selama semalam. Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.
c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dan 2 gram soda abu (Na2CO3) dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut. Rebus larutan hingga mendidih kemudian masukkan bahan kapas dan direbus selama 1jam. Setelah itu matikan api dan kain kapas dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain kapas tersebut siap dicelup.
d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 liter air yang digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60ºC kemudian masukkan bahan sutera atau wol dan proses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga konstan (40 – 60ºC ). Setelah itu hentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain sutera yang telah dimordanting tersebut siap dicelup dengan larutan zat warna alam.
2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)
Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO4), tawas, atau kapur tohor (CaCO3).. Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dengan dengan cara :
a. Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
b. Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
c. Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
3. Proses Pencelupan Dengan Zat Pewarna Alami
Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan bahan tekstil dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
1. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan
2. Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alam dan diproses pencelupan selama 15 – 30 menit.
3. Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara tunjung , tawas atau kapur tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer selama 10 menit. Untuk mengetahui perbedaan warna yang dihasilkan oleh masing – masing larutan fixer maka proses 3 lembar kain pada larutan zat warna alam setelah itu ambil 1 lembar difixer pada larutan tunjung, 1 lembar pada larutan tawas dan satunya lagi pada larutan kapur tohor.
4. Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai dengan larutan zat warna alam.
5. Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan tekstil setelah difixer dengan masing-masing larutan fixer. Pada umumnya hampir semua jenis zat warna alam mampu mewarnai bahan dari sutera dengan baik , namun tidak demikian dengan bahan dari kapas katun.
0 comments:
Post a Comment