erikut cara membuat dan cara mengoperasikan mainan anak yang menamakan dirinya “Krok-Krokan ” tersebut.
1. Bahan-bahannya. Lihat gambar
- Kaleng cat atau kaleng susu aneka ukuran. Ukuran kaleng kami buat berbeda agar nada yang keluar juga berbeda ( ada bariton, sopran dan tenor…mbuh bener mbuh ora…pokoke lain-lainlah suaranya)
- Koin yang ada lubangnya, kala itu adalah koin 5 sen ( kami menyebutnya ” limang sen” ~bagian tengahnya berlubang)
- Karet gelang.
- Kayu setinggi kaleng lebih sedikit.
.
2. Cara Membuatnya.
- Karet gelang dianyam, kami menyebutnya “direntengi”. Buat dua anyaman untuk setiap koin. Ikat dua anyaman karet gelang tadi pada sisi kiri dan kanan lubang koin (gambar 1)
- Ikatkan kayu pada sisi kiri dan kanan kaleng, pada bagian atas dibuat agak menonjol (gambar 2)
- Ikatkan anyaman karet gelang yang sudah ada koinnya pada kayu yang menjepit kaleng, pada kedua sisinya(gambar (gambar 3)
- Ikatkan tali yang kuat pada sebatang kayu yang besarnya pas pada lubang koin. Panjang tali sesuaikan jarak antara kita dengan tempat dimana kaleng tersebut akan ditempatkan (gambar 4). Kayu ini berfungsi sebagai penahan agar koin dalam posisi siap namun tidak berputar sebelum hari H jam J.
- Koin diputar sehingga karet gelang akan ikut terpilin.
- Masukkan batang kayu yang sudah diberi tali panjang, usahakan agar karet yang terpilin tetap terjaga (gambar 5)
.
3. Cara Mengoperasikannya.
.
- Mainan anak Krok-krokan itu sudah dalam keadaan “ON” artinya karet pengikat koin sudah terpilin. Kayu penahan sudah dimasukkan kedalam lubang koin.
- Ketika sholat maghrib usai, kami berempat ( saya, Sunyoto, Imam dan Slamet) tidak ikut wiridan tetapi langsung menuju tepi pagar depan mushola kakek saya.
- Kami berpencar pada jarak 2 meter, lalu masing-masing memasang kaleng dan mengikatnya di pagar bagian bawah. Tali kami ulur ke tempat kami sembunyi. Kami jongkok atau ndekem sambil kemulan sarung, mepet pagar.
- Sasaran kejutan yang kami pilih adalah para gadis dan janda ehhh..maksud kami emak-emak. Soalnya kalau bapak-bapak kami takut di keplak atau dipisuhi.
- Begitu melihat ada emak-emak lewat maka salah satu berdehem pelan atau membunyikna kode ” ssst ssst ssst”.
.
.
.
- Saya menarik tali, karet pilinan tadi berputar dan otomatis koin ikut berputar kencang dan menyentuh/bergesekan dengan kaleng sehingga berbunyi “kroooongggggggg”. Disusul kalengnya Slamet berbunyi ” Groongggg, lalu kaleng Sunyoto ” Jhrooongggggggggggggg…” dan diakhiri kaleng Imam Syafiii…Kreeeeeenggggggggg…..”.
- Reaksi mak Mah, demikian kami menyebut tetangga sebelah rumah, sungguh diluar dugaan. Jika sasaran yang lain menyebut kalimat-kalimat apik, mak Mah malah dengan fasihnya menyebut rudal kami satu persatu dengan suara keras karena kaget. ha ha ha ha ha ha…….
XSCFR3CXRTF
ReplyDelete