OSPEK, Masihkah Sesuai Dengan Nilai-nilai yang Harusnya Ditanamkan?
Pasal 2: “JIKA SENIOR SALAH, KEMBALI KE PASAL SATU.”
Masing ingat dengan
pasal-pasal tersebut? Itu adalah pasal-pasal yang dibuat oleh
kakak-kakak senior terhadap juniornya dalam OSPEK (Orientasi Studi dan
Pengenalan Kampus) di berbagai kampus di Indonesia. OSPEK yaitu
pengenalan para mahasiswa baru kepada kampus tercinta.
Adapun tujuan OSPEK adalah:
- Mengenal dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.
- Menambah wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus secara maksimal.
- Memberikan pemahaman awal tentang wacana keagamaan dan kebangsaan serta pendidikan yang mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.
- Mempersiapkan mahasiswa agar mampu belajar di Perguruan Tinggi serta mematuhi dan melaksanakan norma-norma yang berlaku di kampus, khususnya yang terkait dengan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa.
- Menumbuhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di kalangan civitas akademika dalam rangka menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan dinamis
- Menumbuhkan kesadaran mahasiswa baru akan tanggungjawab akademik dan sosialnya sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
Ospek merupakan kelengkapan non-struktural pada kampus itu. Adapun fungsi OSPEK adalah sebagai:
- Fungsi orientasi bagi mahasiswa baru untuk memasuki dunia Perguruan Tinggi yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan.
- Fungsi komunikatif yakni komunikasi antara civitas akademika dan pegawai administrasi kampus.
- Fungsi normatif yakni mahasiswa baru mulai memahami, menghayati dan mengamalkan aturan-aturan yang berlaku di kampus.
- Fungsi akademis yakni pengembangan intelektual, bakat, minat dan kepemimpinan mahasiswa.
Sistem
pengenalan di “sebagian besar” kampus-kampus Indonesia tetap seperti
biasanya. Setiap kampus memiliki nama sendiri-sendiri untuk kegiatan
tersebut. Namun tetap saja, walaupun namanya berbeda-beda, mereka tetap
menyebutnya OSPEK yang identik dengan bentakan kakak-kakak senior dengan
prinsip:
Pasal Satu: SENIOR GAK PERNAH SALAHPasal Dua : JIKA SENIOR SALAH, KEMBALI KE PASAL SATU
Dengan
bentak-bentakan, para senior menganggap bisa merubah mental “tempe”
atau “krupuk” para junior menjadi mental “baja”. Bahkan dengan kekerasan
turut mewarnai demi menunjukkan hegemoni kakak senior. Mau tidak mau,
mahasiswa baru terpaksa bungkam karena takut kena marah.
Seorang ahli psikologi
pembelajaran yang bernama Thorndike, menyatakan bahwa hukuman tidak
efektif untuk meniadakan suatu perilaku tertentu. Begitu halnya dengan
hukuman dan sanksi pada OSPEK tidak akan efektif membuat seorang
mahasiswa untuk menghilangkan perilaku-perilaku buruknya.
OSPEK lebih banyak diwarnai
aksi “mempermainkan” mahasiswa baru dengan hal-hal aneh oleh kakak
senior. OSPEK identik dengan “ngerjain” atau “ngejahilin” para junior.
Dengan berbagai macam dandanan aneh yang bikin orang malu. Mulai dari
topi, tas dari karung goni atau karung beras, name tag yang diberi
nama-nama binatang dan foto ekspresi paling jelek, kalung, kaos kaki
sepak bola, sepatu dengan tali rafia, dot bayi (empeng). Pembuatan aneka
atribut yang aneh-aneh merupakan suatu pemborosan uang dan waktu
semata, tak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam
serangkaian aneka atribut tersebut.
Kemudian diwajibkan membawa
makanan yang aneh, seperti tempe goreng segi tujuh dengan tebal 1 cm,
dan beberapa permintaan aneh lainnya seperti mengumpulkan snack yang
sebelumnya telah diberi kata kunci, contohnya “Permen Pepsodent”.
Permen Pepsodent itu apa? Permen pepsodent itu Happydent White. “Cacing
bernyanyi di dalam gelas” yaitu Popmie. Lalu ada lagi, “Minuman
Pinocio”, yaitu Pocari Sweat. Lalu, “Makanan berbargourd 899100xxxxx”.
Belum lagi membuat makalah dengan berbagai syarat sampai akhirnya tidak
tidur karena cari jasa warnet, print, dan jilid yang buka 24 jam. Ini
memang tidak terfokus ke penganiayaan fisik, tapi ini bernama
penganiayaan batin. Membuat stress,tidak bisa tidur, dan tekanan batin.
Semua itu harus dituruti setiap harinya sampai memakai uang tabungan
yang seharusnya dibelikan sesuatu yang lebih penting dari pada keperluan
OSPEK. Alasannya adalah agar mahasiswa baru semakin kreatif dan momen
seperti ini tidak mudah terlupakan.
Penanaman nilai-nilai baru
dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan adalah sangat tidak efekti
ditinjau dari faktor psikologi. Mahasiswa yang tidak tidur ataupun
kelelahan karena mengerjakan setumpuk tugas tidak memiliki kesiapan
maksimal untuk menerima informasi baru.
Setiap
orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda, sehingga
hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang menekan mental pada
OSPEK dapat menimbulkan suatu “trauma psikologis” tersendiri bagi
beberapa orang. Trauma ini pada akhirnya akan menimbulkan abnormalitas
kejiwaan seseorang.
Di akhir kegiatan, semua
mahasiswa baru wajib membuat surat cinta ke senior, plus acara
“penembakan” di depan umum. Tak heran juga setelah berakhirnya OSPEK,
antara kakak senior dan mahasiswa baru ada yang jadian.
Tidak banyak senior yang
mampu instropeksi diri dalam kedisiplinan dan kerapian yang telah
dibuat, mungkin dikarenakan dengan pasal-pasal yang tersebut di atas.
Seharusnya kedisiplinan dan kerapian tidak hanya untuk junior, tapi juga
untuk senior. Kalau bagi laki-laki harus potong rambut 1 cm, memakai
celana tidak boleh melorot ke pinggang, memakai kemeja putih tidak
bermotif, harusnya panitianya juga begitu. Senior merasa berkuasa. Dan
kekuasaaan sangat dekat dengan kekerasan, maka tak heran jika panitia
yang memiliki wewenang dan derajat lebih tinggi dari mahasiswa baru akan
melakukan kekerasan baik psikis maupun fisik kepada mahasiswa baru.
Tak dapat dipungkiri bahwa
“terkadang” OSPEK merupakan sarana balas dendam bagi senior atas
perlakuan kakak kelas yang mereka alami pada waktu dulu. Rasa dendam
akan selalu muncul dalam segala perlakuan yang menyakitkan, namun
berhubung OSPEK adalah sesuatu yang dilegalkan sehingga kesempatan
membalas hanya mungkin dilakukan pada OSPEK tahun berikutnya.
OSPEK
memang terbukti mengakrabkan para mahasiswa, namun proses keakraban
pada mahasiswa akan terjadi dengan sendirinya ketika mahasiswa mulai
beraktivitas dalam kampus tanpa perlu dipaksakan dalam suatu
penderitaan.
Kenangan dalam OSPEK hanya
menciptakan romantisme tertentu ketika diceritakan beberapa waktu
setelah OSPEK, namun tentunya setiap orang tidak ingin mengalami OSPEK
untuk beberapa kali lagi. Ini merupakan bukti bahwa setiap orang tidak
menginginkan OSPEK terjadi lagi dalam hidup mereka.
=======================================================
“INI UNIVERSITAS, BUKAN PANCI BERTEKANAN.”
(Kata Amir Khan dalam film -3 Idiots-)
=======================================================
Ditulis oleh:
Niswa Ma’rifah Djupri
23 Agustus 2011
Referensi:
Wikipedia - http://id.wikipedia.org/wiki/Ospek
Kaskus - http://www.kaskus.us/showthread.php?p=428408480
“Robohnya Moral Kami” karya Soenjono Dardjowidjojo tahun 2005 (115 halaman)
Salam kenal mas... saya Niswa Marifah Djupri,, :)
ReplyDeletesalam kenal :D
ReplyDeletesaya suka sekali dengan artikel ini. saya pribadi sebenarnya tidak setuju dengan OSPEK semacam itu. Tapi masalahnya kegiatan ini sudah dianggap menjadi semacam tradisi ya...
Jadi saat saya menyatakan tidak setuju banyak yang menentang