terima kasih telah mengukuti perkembangannya..
nah kali ini.. ane kasi artikel copian dari kasku.us
Kali ini mengenai kapal - kapal buatan indonesia..
1. KAPAL FINISHI [maaf saya bingung nulisany pake P/F]
Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau[1]. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar[2] dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan[3] kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Dalam sejarah, para pelaut Sulawesi dengan kapal pinisi-nya tercatat telah mencapai P. Madagaskar di Afrika. Gelombang pertama terjadi pada abad ke-2 dan 4, gelombang kedua datang pada abad ke-10 dan gelombang terakhir pada abad ke-17 (masa pemerintahan Sriwijaya). Pendatang dari Indonesia tersebut menetap dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Merina.
Kapal Pinisi Dengan tujuh layarnya yang terkembang Pada masa sekarang, ekspedisi kapal pinisi yang terkenal adalah Pinisi Nusantara yang berlayar ke Vancouver, Kanada yang memakan waktu 62 hari, pada tahun 1986 yang lalu. Tahun 1987, ada lagi ekspedisi perahu Padewakang, "Hati Marige" ke Darwin, Australia, mengikuti rute klasik. Lalu Ekspedisi Ammana Gappa ke Madagaskar, terakhir pelayaran Pinisi Damar Segara ke Jepang.
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan[3] kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Dalam sejarah, para pelaut Sulawesi dengan kapal pinisi-nya tercatat telah mencapai P. Madagaskar di Afrika. Gelombang pertama terjadi pada abad ke-2 dan 4, gelombang kedua datang pada abad ke-10 dan gelombang terakhir pada abad ke-17 (masa pemerintahan Sriwijaya). Pendatang dari Indonesia tersebut menetap dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Merina.
Kapal Pinisi Dengan tujuh layarnya yang terkembang Pada masa sekarang, ekspedisi kapal pinisi yang terkenal adalah Pinisi Nusantara yang berlayar ke Vancouver, Kanada yang memakan waktu 62 hari, pada tahun 1986 yang lalu. Tahun 1987, ada lagi ekspedisi perahu Padewakang, "Hati Marige" ke Darwin, Australia, mengikuti rute klasik. Lalu Ekspedisi Ammana Gappa ke Madagaskar, terakhir pelayaran Pinisi Damar Segara ke Jepang.
2. Kapal Patorani,
Kapal Patorani, yang berasal dari Sulawesi Selatan, tak kalah menarik. Pada abad ke 17, kapal ini digunakan oleh armada Kerajaan Goa dan berfungsi sebagai kapal nelayan, khususnya untuk menangkap ikan terbang.
Kapal yang memiliki layar yang berbentuk segi empat dan dilengkapi sebuah tiang layar besar ini banyak dijumpai di perairan Galesong Kabupaten Takalar.
Kapal yang memiliki layar yang berbentuk segi empat dan dilengkapi sebuah tiang layar besar ini banyak dijumpai di perairan Galesong Kabupaten Takalar.
KAPAL PAKUR-JOMON
Untuk mewujudkan cita-cita peneliti asal Jepang menjejaki penyebaran umat manusia melalui laut, mereka memilih perahu khas Mandar yang jarang dikenal masyarakat setempat yakni perahu Pakur dan Jomon.
Padahal jenis perahu tersebut “lebih khas” Mandar daripada sandeq. Di daerah Mandar (Sulawesi Barat), tak ada lagi perahu pakur yang digunakan berlayar. Artinya, perahu pakur sudah punah di tanah Mandar. Kendati demikian, bangkainya masih dapat ditemukan saat ini, yakni di Desa Manjopai’ Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polman. Sementara di tempat lain juga masih dapat dijumpai di Desa Luwaor, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene.
Bangkai pakur di Manjopai’ masih memiliki penutup lambung (dek) dan baratang, sedangkan di Luwaor, tinggal balakang-nya (kayu gelondongan yang dikeruk) saja. Melihat ukuran lambung, pakur adalah jenis perahu bercadik berukuran besar.
Rata-rata tinggi lambung pakur lebih satu meter. Bandingkan dengan sandeq yang biasa digunakan berlomba. Bekas balakang (kayu utuh yang dikeruk yang menjadi lunas perahu) pakur di Luwaor tingginya lebih semeter, balakang pakur sandeq Raditya (juara Sandeq Race 2007) tak sampai 50 sentimeter.
Pakur adalah perahu gempal yang bodinya tinggi, tapi panjangnya rata-rata delapan meter. Sedang sandeq lomba, lambung pendek tapi ukurannya panjang, rata-rata lebih 10 meter. Sebenarnya pakur Mandar masih bersiliweran berlayar di beberapa bagian laut Nusantara, yaitu di perbatasan Laut Jawa, Selat Makassar, dengan Laut Flores, tepatnya Laut Bali (perairan utara Bali). Kok bisa? Lalu siapa yang menggunakan pakur Mandar di sana?
Ada beberapa pulau di Kepulauan Kangean di Laut Bali (masuk wilayah administratif Provinsi Jawa Timur) yang dihuni oleh orang Mandar. Beberapa diantaranya Pulau Pagarungan Besar, Pulau Pagarungan Kecil, dan Pulau Sakala. Sekedar catatan, perahu Samuderaksa, replika perahu borobudur yang digunakan berlayar dari Indonesia ke Ghana, Afrika dibuat oleh orang-orang Mandar di Pulau Pagarungan.
KAPAL PADEWAKANG
Kata “padewakang, paduwakang” (Sulawesi) dan “paduwang” (Madura) , mempunyai akar kata wa, wangka, waga, wangga, dan bangka dari bahsa Austronesia. Istilah tersebut diasosiasikan pada “perahu bercadik atau perahu kecil” (Adrian Horridge, The Prahu: Traditional Sailing Boat of Indonesia, 1985).
Adapun pendapat lain menuliskan bahwa perahu padewakang adalah “perahu Bugis berukuran kecil yang menggunakan layar persegi, yang melintang” (Acciaioli, Searching for Good Fortune, dalam Manusia Bugis, Christian Pelras, 2006); dan “perahu dagang Bugis berukuran besar yang digunakan pada abad ke-19, dengan dua atau tiga tiang layar, berlayar persegi, dan berhaluan tinggi” (Adrian Horridge, Sailing Craft of Indonesia, 1986).
Adapun referensi utama yang memperlihatkan model/replika perahu padewakang terdapat dalam atlas etnografi Boegineesch-Hollandsch Woordenboek yang ditulis oleh ahli filologi Belanda bernama B. F. Matthes dan terbit pada tahun 1874 sebagaimana yang terdapat dalam Nusa Jawa: Silang Budaya, Volume 2: Jaringan Asia, Denys Lombard (2005).
Perahu Padekawang
Perahu padewakang sudah ada, paling lambat, pada abad ke-18 merupakan tipe utama dari sekian banyak jenis perahu dagang jarak jauh Sulawesi Selatan. Padewakang-padewakang milik pedagang Mandar, Makassar dan Bugis melayari seluruh Samudera In*donesia di antara Irian Jaya dan Semenanjung Malaya, dan sekurang-kurangnya sejak abad ke-19 secara rutin berlayar sampai ke Australia untuk mencari tripang; dalam suatu buku dari abad silam bahkan terdapat gambaran sebuah perahu padewakang yang dicap ‘perahu bajak laut asal Sulawesi di Teluk Persia’.
Tipe perahu ini menggambarkan dengan baik sifat-sifat perahu Nusantara sejak kedatangan kekuatan kolonial, yaitu sebuah lambung yang –menurut standar Eropa– berukuran sedang yang dilengkapi dengan satu sampai dua geladak, kemudi samping dan layar jenis tanjaq yang dipasang pada sebatang tiang tripod tanpa laberang.
Adapun pendapat lain menuliskan bahwa perahu padewakang adalah “perahu Bugis berukuran kecil yang menggunakan layar persegi, yang melintang” (Acciaioli, Searching for Good Fortune, dalam Manusia Bugis, Christian Pelras, 2006); dan “perahu dagang Bugis berukuran besar yang digunakan pada abad ke-19, dengan dua atau tiga tiang layar, berlayar persegi, dan berhaluan tinggi” (Adrian Horridge, Sailing Craft of Indonesia, 1986).
Adapun referensi utama yang memperlihatkan model/replika perahu padewakang terdapat dalam atlas etnografi Boegineesch-Hollandsch Woordenboek yang ditulis oleh ahli filologi Belanda bernama B. F. Matthes dan terbit pada tahun 1874 sebagaimana yang terdapat dalam Nusa Jawa: Silang Budaya, Volume 2: Jaringan Asia, Denys Lombard (2005).
Perahu Padekawang
Perahu padewakang sudah ada, paling lambat, pada abad ke-18 merupakan tipe utama dari sekian banyak jenis perahu dagang jarak jauh Sulawesi Selatan. Padewakang-padewakang milik pedagang Mandar, Makassar dan Bugis melayari seluruh Samudera In*donesia di antara Irian Jaya dan Semenanjung Malaya, dan sekurang-kurangnya sejak abad ke-19 secara rutin berlayar sampai ke Australia untuk mencari tripang; dalam suatu buku dari abad silam bahkan terdapat gambaran sebuah perahu padewakang yang dicap ‘perahu bajak laut asal Sulawesi di Teluk Persia’.
Tipe perahu ini menggambarkan dengan baik sifat-sifat perahu Nusantara sejak kedatangan kekuatan kolonial, yaitu sebuah lambung yang –menurut standar Eropa– berukuran sedang yang dilengkapi dengan satu sampai dua geladak, kemudi samping dan layar jenis tanjaq yang dipasang pada sebatang tiang tripod tanpa laberang.
KAPAL GOLEKAN LETE
kapal ini berasal dari madura dan banyak ditemui di hampir semua pelabuhan besar pantai utara jawa-madura, terutama di pelabuhan kali mas, surabaya, jawa timur.
KAPAL MAJAPAHIT
kapal ini dibuat berdasarkan relief yang ada di candi panataranan di jawa timur. Kapal ini menunjukkan kejayaan bahari kerajaan majapahit pada abad 13-15. Tiruan kapal ini diberi nama damar segara yang berlayar dari semarang menuju thailand.
KAPAL CADIK BOROBUDUR
kapal ini melambangkan kejayaan bahari kerajaan sriwijaya yang dibuat berdasarkan relief di candi borobudur, jawa tengah. Replika ini dibuat untuk menelusuri kembali jalur kayumanis (the cinnamon route) dari jakarta menuju ghana, afrika selatan, dengan jarak tempuh sekitar 11.000 mil laut dalam kurun waktu 6 bulan.
Nick burningham adalah seorang arkeolog maritim berkebangsaan australia yang tertarik dengan seni pembuatan kapal tradisional di indonesia. Selama kurang lebih 20 tahun nick burningham melakukan penelitian kapal tradisional di indonesia. Karya nick burningham yang terbesar di indonesia adalah merekonstruksi kapal borobudur berdasarkan relief kapal di dinding candi borobudur. Tetapi gagasan merekonstruksi kapal borobudur bukan berasal dari nick, melainkan philip beale seorang warga negara inggris yang terobsesi dengan relief kapal di dinding candi borobudur saat mengunjunginya pada tahun 1982. Phlip beale kemudian melayarkan kapal borobudur dari indonesia ke madagaskar diteruskan ke afrika barat bersama crew kapal borobudur yang ingin menjajal keperkasaan kapal borobudur dari berbagai negara diantaranya; amerika serikat, inggris, iran, afrika selatan, selandia baru, australia bahkan salah seorang produser film untuk bbc juga turut serta sebagai crew kapal borobudur.
Sebelum nick burningham dan philip beale merekonstruksi kapal borobudur, yoshiyuki yamamoto, seorang warga negara jepang yang kini menjadi expedition leader ekspedisi kapal spirit of majapahit indonesia to japan 2010, berhasil merekonstruksi kapal borobudur pada tahun 1992 dan melayarkannya ke jepang. Kini kapal borobudur yang dilayarkan dari indonesia ke jepang oleh yoshiyuki yamamoto disimpan di museum maritim osaka, jepang.
Saat ini kembali bangsa indonesia dikejutkan dengan kehadiran Japan Majapahit Association yang tertarik ingin merekonstruksi kapal peninggalan jaman kekaisaran majapahit. Lokasi rekonstruksi dipilih di sumenep berdasarkan alasan historis bahwa adipati sumenep arya wiraraja membantu raden wijaya saat mengusir pasukan mongol dari tanah jawa dan membangun kraton wilwatikta majapahit di hutan tarik.
Nick burningham adalah seorang arkeolog maritim berkebangsaan australia yang tertarik dengan seni pembuatan kapal tradisional di indonesia. Selama kurang lebih 20 tahun nick burningham melakukan penelitian kapal tradisional di indonesia. Karya nick burningham yang terbesar di indonesia adalah merekonstruksi kapal borobudur berdasarkan relief kapal di dinding candi borobudur. Tetapi gagasan merekonstruksi kapal borobudur bukan berasal dari nick, melainkan philip beale seorang warga negara inggris yang terobsesi dengan relief kapal di dinding candi borobudur saat mengunjunginya pada tahun 1982. Phlip beale kemudian melayarkan kapal borobudur dari indonesia ke madagaskar diteruskan ke afrika barat bersama crew kapal borobudur yang ingin menjajal keperkasaan kapal borobudur dari berbagai negara diantaranya; amerika serikat, inggris, iran, afrika selatan, selandia baru, australia bahkan salah seorang produser film untuk bbc juga turut serta sebagai crew kapal borobudur.
Sebelum nick burningham dan philip beale merekonstruksi kapal borobudur, yoshiyuki yamamoto, seorang warga negara jepang yang kini menjadi expedition leader ekspedisi kapal spirit of majapahit indonesia to japan 2010, berhasil merekonstruksi kapal borobudur pada tahun 1992 dan melayarkannya ke jepang. Kini kapal borobudur yang dilayarkan dari indonesia ke jepang oleh yoshiyuki yamamoto disimpan di museum maritim osaka, jepang.
Saat ini kembali bangsa indonesia dikejutkan dengan kehadiran Japan Majapahit Association yang tertarik ingin merekonstruksi kapal peninggalan jaman kekaisaran majapahit. Lokasi rekonstruksi dipilih di sumenep berdasarkan alasan historis bahwa adipati sumenep arya wiraraja membantu raden wijaya saat mengusir pasukan mongol dari tanah jawa dan membangun kraton wilwatikta majapahit di hutan tarik.
KAPAL NADE
kapal asal sumatera ini merupakan armada pelayaran yang meliputi wilayah sumatera, selat malaka, dan perairan laut kalimantan.
Info terakhir yang ts dapatkan, kapal nade ini berjasa saat terjadi bencana tsunami di mentawai kemarin. Oleh pemerintah kabupaten mentawai mengerahkan kapal nade ini untuk mengangkut bantuan kemanusiaan untuk korban tsunami mentawai.
Info terakhir yang ts dapatkan, kapal nade ini berjasa saat terjadi bencana tsunami di mentawai kemarin. Oleh pemerintah kabupaten mentawai mengerahkan kapal nade ini untuk mengangkut bantuan kemanusiaan untuk korban tsunami mentawai.
KAPAL LANCANG KUNING
Lagu lancang kuning itu adalah lagu rakyat yang sangat populer di riau, negeri yang dijuluki bumi lancang kuning. Dalam sebuah versi sejarah melayu, kapal lancang kuning yang legendaris itu tenggelam di tanjung jati, perairan bengkalis. Tak terurai dengan jelas apakah musibah itu akibat human error ataukah karena keganasan alam yang tak teratasi oleh kemampuan seorang anak manusia.
Perahu lancang kuning berasal dari rumpun dan daerah melayu. Pada zaman dahulu, perahu lancang kuning merupakan lambang kekuasaan kerajaan dan digunakan sebagai perahu resmi kerajaan siak sri indra pura. Menurut legenda, pemilik perahu lancang kuning adalah seorang putri dari kerajaan melayu. Setiap perahu lancang kuning berlayar maka akan selalu didampingi oleh pengawal dan pengayuh dengan pakaian berwarna kuning. Saat ini perahu lancang kuning hanyalah tinggal legenda dan diabadikan menjadi mascot pemerintah daerah propinsi riau.
KAPAL PAPUA
replika kapal asal papua ini dibuat berbeda dengan kapal-kapal dari daerah lain. Bentuknya besar, panjangnya tak kurang dari 15 meter. “jayapura 02”, demikian nama itu terpahat di badan kapal ini. Di bagian hulunya terpancang patung ayam jago dari kayu. Tapi selebihnya tak ada keterangan apapun mengenai kapal papua ini.
Suku asmat; suku-suku di papua berada di pesisir pantai dan di pelataran gunung. Pola hidup mereka juga berbeda. Misalnya suku asmat melaut adalah suatu mata pencaharian mereka. Selain itu perahu tradisional juga sebagai alat transportasi mereka dalam segala kebutuhan mereka.
Suku asmat; suku-suku di papua berada di pesisir pantai dan di pelataran gunung. Pola hidup mereka juga berbeda. Misalnya suku asmat melaut adalah suatu mata pencaharian mereka. Selain itu perahu tradisional juga sebagai alat transportasi mereka dalam segala kebutuhan mereka.
KAPAL PLEDANG
perburuan paus dilakukan sepanjang tahun, namun pada musim leva (musim melaut) semua pledang wajib untuk berlayar dan berburu paus. Musim leva sendiri jatuh sekitar bulan april sampai oktober.
Dalam satu pledang masing-masing kru mendapat tugas dan sebutan khusus. Pelempar tombak disebut lamafa, tugasnya menghujamkan tempuling (tombak khusus) tepat pada titik lemah ikan paus. Lamafa berdiri dianjungan perahu, dan dibantu oleh seorang asisten yang mengatur pergerakan tali di belakangnya.
Pendayung pledang disebut matros atau abk. Sedangkan nahkoda atau yang disebut lama uri duduk di buritan kapal, tugasnya memegang kemudi dan mengendalikan arah pledang.
Semua daging paus dibagi rata berdasarkan hukum adat. Termasuk didalamnya kewajiban memberi bagian kepada kaum jompo dan janda-janda. Khusus hati paus hanya diberikan kepada lamafa dan pemilik pledang yang pertama kali berhasil menikamkan tempuling ke tubuh paus.
Dalam satu pledang masing-masing kru mendapat tugas dan sebutan khusus. Pelempar tombak disebut lamafa, tugasnya menghujamkan tempuling (tombak khusus) tepat pada titik lemah ikan paus. Lamafa berdiri dianjungan perahu, dan dibantu oleh seorang asisten yang mengatur pergerakan tali di belakangnya.
Pendayung pledang disebut matros atau abk. Sedangkan nahkoda atau yang disebut lama uri duduk di buritan kapal, tugasnya memegang kemudi dan mengendalikan arah pledang.
Semua daging paus dibagi rata berdasarkan hukum adat. Termasuk didalamnya kewajiban memberi bagian kepada kaum jompo dan janda-janda. Khusus hati paus hanya diberikan kepada lamafa dan pemilik pledang yang pertama kali berhasil menikamkan tempuling ke tubuh paus.
KAPAL JUNG
kapal jung adalah sejenis kapal layar, yang banyak terdapat di perairan asia tenggara sampai ke pantai timur afrika.
para pelayar jawa
"orang jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang tionghoa lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskandari mereka kepada orang jawa."
demikian tulis diego de couto dalam buku da asia, terbit 1645. Bahkan, pelaut portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang jawa lebih dulu berlayar sampai ke tanjung harapan, afrika, dan madagaskar. Ia mendapati penduduk tanjung harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang jawa. "mereka mengaku keturunan jawa," kata couto, sebagaimana dikutip anthony reid dalam buku sejarah modern awal asia tenggara.
Tatkala pelaut portugis mencapai perairan asia tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kawasan ini didominasi kapal-kapal jung jawa. Kapal dagang milik orang jawa ini menguasai jalur rempah rempah yang sangat vital, antara maluku, jawa, dan malaka. Kota pelabuhan malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang jawa.
Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di asia tenggara itu. Bukti kepiawaian orang jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief candi borobudur yang memvisualkan perahu bercadik - belakangan disebut sebagai "kapal borobudur
para pelayar jawa
"orang jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang tionghoa lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskandari mereka kepada orang jawa."
demikian tulis diego de couto dalam buku da asia, terbit 1645. Bahkan, pelaut portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang jawa lebih dulu berlayar sampai ke tanjung harapan, afrika, dan madagaskar. Ia mendapati penduduk tanjung harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang jawa. "mereka mengaku keturunan jawa," kata couto, sebagaimana dikutip anthony reid dalam buku sejarah modern awal asia tenggara.
Tatkala pelaut portugis mencapai perairan asia tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kawasan ini didominasi kapal-kapal jung jawa. Kapal dagang milik orang jawa ini menguasai jalur rempah rempah yang sangat vital, antara maluku, jawa, dan malaka. Kota pelabuhan malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang jawa.
Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di asia tenggara itu. Bukti kepiawaian orang jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief candi borobudur yang memvisualkan perahu bercadik - belakangan disebut sebagai "kapal borobudur
mantap gan infonya
ReplyDeleteBanyak juga ternyata jenis-jenis kapal layar asli buatan indonesia. tiap daerah mempunyai khasnya sendiri.
ReplyDeleteBagus mas artikelnya. makasih.
Walaupun tidak semegah kapal layar clipper, kapal layar Jung memliki ciri layar yang unik. makasih atas postingannya gan.
ReplyDeleteTradisi di kapal pledang bagus juga. ada pembagian ke kaum duafanya, menarik sekali.
ReplyDelete