Home » » Ratapan Ospek tahun ke tahun

Ratapan Ospek tahun ke tahun

Written By made oka jaya diputra on Sunday, September 11, 2011 | 5:35 PM

OSPEK, Masihkah Sesuai Dengan Nilai-nilai yang Harusnya Ditanamkan?

Pasal 1: “SENIOR GAK PERNAH SALAH.”
Pasal 2: “JIKA SENIOR SALAH, KEMBALI KE PASAL SATU.”
Masing ingat dengan pasal-pasal tersebut? Itu adalah pasal-pasal yang dibuat oleh kakak-kakak senior terhadap juniornya dalam OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di berbagai kampus di Indonesia. OSPEK yaitu pengenalan para mahasiswa baru kepada kampus tercinta.
Adapun tujuan OSPEK adalah:
  1. Mengenal dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.
  2. Menambah wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus secara maksimal.
  3. Memberikan pemahaman awal tentang wacana keagamaan dan kebangsaan serta pendidikan yang mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.
  4. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu belajar di Perguruan Tinggi serta mematuhi dan melaksanakan norma-norma yang berlaku di kampus, khususnya yang terkait dengan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa.
  5. Menumbuhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di kalangan civitas akademika dalam rangka menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan dinamis
  6. Menumbuhkan kesadaran mahasiswa baru akan tanggungjawab akademik dan sosialnya sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
Ospek merupakan kelengkapan non-struktural pada kampus itu. Adapun fungsi OSPEK adalah sebagai:
  1. Fungsi orientasi bagi mahasiswa baru untuk memasuki dunia Perguruan Tinggi yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan.
  2. Fungsi komunikatif yakni komunikasi antara civitas akademika dan pegawai administrasi kampus.
  3. Fungsi normatif yakni mahasiswa baru mulai memahami, menghayati dan mengamalkan aturan-aturan yang berlaku di kampus.
  4. Fungsi akademis yakni pengembangan intelektual, bakat, minat dan kepemimpinan mahasiswa.
Sistem pengenalan di “sebagian besar” kampus-kampus Indonesia tetap seperti biasanya. Setiap kampus memiliki nama sendiri-sendiri untuk kegiatan tersebut. Namun tetap saja, walaupun namanya berbeda-beda, mereka tetap menyebutnya OSPEK yang identik dengan bentakan kakak-kakak senior dengan prinsip:
Pasal Satu: SENIOR GAK PERNAH SALAH
Pasal Dua : JIKA SENIOR SALAH, KEMBALI KE PASAL SATU
Dengan bentak-bentakan, para senior menganggap bisa merubah mental “tempe” atau “krupuk” para junior menjadi mental “baja”. Bahkan dengan kekerasan turut mewarnai demi menunjukkan hegemoni kakak senior. Mau tidak mau, mahasiswa baru terpaksa bungkam karena takut kena marah.
Seorang ahli psikologi pembelajaran yang bernama Thorndike, menyatakan bahwa hukuman tidak efektif untuk meniadakan suatu perilaku tertentu. Begitu halnya dengan hukuman dan sanksi pada OSPEK tidak akan efektif membuat seorang mahasiswa untuk menghilangkan perilaku-perilaku buruknya.
OSPEK lebih banyak diwarnai aksi “mempermainkan” mahasiswa baru dengan hal-hal aneh oleh kakak senior. OSPEK identik dengan “ngerjain” atau “ngejahilin” para junior. Dengan berbagai macam dandanan aneh yang bikin orang malu. Mulai dari topi, tas dari karung goni atau karung beras, name tag yang diberi nama-nama binatang dan foto ekspresi paling jelek, kalung, kaos kaki sepak bola, sepatu dengan tali rafia, dot bayi (empeng). Pembuatan aneka atribut yang aneh-aneh merupakan suatu pemborosan uang dan waktu semata, tak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam serangkaian aneka atribut tersebut.
Kemudian diwajibkan membawa makanan yang aneh, seperti tempe goreng segi tujuh dengan tebal 1 cm, dan beberapa permintaan aneh lainnya seperti mengumpulkan snack yang sebelumnya telah diberi kata kunci, contohnya “Permen Pepsodent”. Permen Pepsodent itu apa? Permen pepsodent itu Happydent White. “Cacing bernyanyi di dalam gelas” yaitu Popmie. Lalu ada lagi, “Minuman Pinocio”, yaitu Pocari Sweat. Lalu, “Makanan berbargourd 899100xxxxx”. Belum lagi membuat makalah dengan berbagai syarat sampai akhirnya tidak tidur karena cari jasa warnet, print, dan jilid yang buka 24 jam. Ini memang tidak terfokus ke penganiayaan fisik, tapi ini bernama penganiayaan batin. Membuat stress,tidak bisa tidur, dan tekanan batin. Semua itu harus dituruti setiap harinya sampai memakai uang tabungan yang seharusnya dibelikan sesuatu yang lebih penting dari pada keperluan OSPEK. Alasannya adalah agar mahasiswa baru semakin kreatif dan momen seperti ini tidak mudah terlupakan.
Penanaman nilai-nilai baru dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan adalah sangat tidak efekti ditinjau dari faktor psikologi. Mahasiswa yang tidak tidur ataupun kelelahan karena mengerjakan setumpuk tugas tidak memiliki kesiapan maksimal untuk menerima informasi baru.
Setiap orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda, sehingga hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang menekan mental pada OSPEK dapat menimbulkan suatu “trauma psikologis” tersendiri bagi beberapa orang. Trauma ini pada akhirnya akan menimbulkan abnormalitas kejiwaan seseorang.
Di akhir kegiatan, semua mahasiswa baru wajib membuat surat cinta ke senior, plus acara “penembakan” di depan umum. Tak heran juga setelah berakhirnya OSPEK, antara kakak senior dan mahasiswa baru ada yang jadian.
Tidak banyak senior yang mampu instropeksi diri dalam kedisiplinan dan kerapian yang telah dibuat, mungkin dikarenakan dengan pasal-pasal yang tersebut di atas. Seharusnya kedisiplinan dan kerapian tidak hanya untuk junior, tapi juga untuk senior. Kalau bagi laki-laki harus potong rambut 1 cm, memakai celana tidak boleh melorot ke pinggang, memakai kemeja putih tidak bermotif, harusnya panitianya juga begitu. Senior merasa berkuasa. Dan kekuasaaan sangat dekat dengan kekerasan, maka tak heran jika panitia yang memiliki wewenang dan derajat lebih tinggi dari mahasiswa baru akan melakukan kekerasan baik psikis maupun fisik kepada mahasiswa baru.
Tak dapat dipungkiri bahwa “terkadang” OSPEK merupakan sarana balas dendam bagi senior atas perlakuan kakak kelas yang mereka alami pada waktu dulu. Rasa dendam akan selalu muncul dalam segala perlakuan yang menyakitkan, namun berhubung OSPEK adalah sesuatu yang dilegalkan sehingga kesempatan membalas hanya mungkin dilakukan pada OSPEK tahun berikutnya.
OSPEK memang terbukti mengakrabkan para mahasiswa, namun proses keakraban pada mahasiswa akan terjadi dengan sendirinya ketika mahasiswa mulai beraktivitas dalam kampus tanpa perlu dipaksakan dalam suatu penderitaan.
Kenangan dalam OSPEK hanya menciptakan romantisme tertentu ketika diceritakan beberapa waktu setelah OSPEK, namun tentunya setiap orang tidak ingin mengalami OSPEK untuk beberapa kali lagi. Ini merupakan bukti bahwa setiap orang tidak menginginkan OSPEK terjadi lagi dalam hidup mereka.
=======================================================
“INI UNIVERSITAS, BUKAN PANCI BERTEKANAN.”
(Kata Amir Khan dalam film -3 Idiots-)
=======================================================
Ditulis oleh:
Niswa Ma’rifah Djupri
23 Agustus 2011
Referensi:
Wikipedia - http://id.wikipedia.org/wiki/Ospek
Kaskus - http://www.kaskus.us/showthread.php?p=428408480
“Robohnya Moral Kami” karya Soenjono Dardjowidjojo tahun 2005 (115 halaman)
Share this article :

2 comments:

  1. Salam kenal mas... saya Niswa Marifah Djupri,, :)

    ReplyDelete
  2. salam kenal :D
    saya suka sekali dengan artikel ini. saya pribadi sebenarnya tidak setuju dengan OSPEK semacam itu. Tapi masalahnya kegiatan ini sudah dianggap menjadi semacam tradisi ya...
    Jadi saat saya menyatakan tidak setuju banyak yang menentang

    ReplyDelete

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. bli blogen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger